Laman

Kamis, 11 Mei 2023

Mendeteksi Kegagalan Komunikasiku Pagi ini

Komunikasi dengan suami 

Belajar berkomunikasi dengan anak-anak lintas usia dan suami ini emang menantang banget. Apalagi pagi-pagi pas heboh persiapan sekolah, suami kadang mengatakan sesuatu sambil jalan, dan telinga saya tidak bisa menangkap pesan dengan baik. Tambah kadang anak pas lagi ngomong juga, akhirnya tambah nggak jelas apa dan bagaimana.  Ujungnya saya yang emosi, aih kenapa sih ngomong selalu sambil berlalu. Mbok ya disamperin gitu, wonk istrinya juga lagi makein baju anak-anak yang lagi habis mandi. 

Kejadian hari juga terkait masalah kunci sepeda. Suami yang naroh kunci tidak pada tempatnya, membuat saya kebingungan saat mau berangkat. Begitu saya tanya, dimana, beliaunya jawab di dipet. Saya udah muter dua kali tapi nggak ada. "Mas, nggak ada di dipet kuncinya. Semalah naruh dimana??" Ucap saya di depan pintu kamar, karena pintunya lagi ditutup. 

Tak ada respon,  akhirnya saya intip ke dalam. Suami lagi pakai baju berangkat kerja. "Mas, kuncinya nggak ketemu. Tolong bantu nyari, aku telat nih ke sekolahnya." Akhirnya suami keluar kamar bantu nyari kunci, yang emang nggak ada di dipet. "Aku tadi kayak lihat dimana ya?" Gumamnya sambil jalan langsung menuju dapur. Ternyata kunci sepeda ada di sana. "Kan, udah tak bilang tadi kalau nggak di dipet ya di atas kulkas." 😱 Kapan ngomongnya??!

Hedeh,,, pagi-pagi udah gagal aja koprod hari ini. Seringnya Pak Su kalau bawa kunci naruhnya sesuka hati. Apesnya kalau ditanya nggak ingat naruhnya dimana. 🤭


****

Komunikasi dengan Anak

Buat anak-anak, pagi ini udah dapat komplain dari anak kedua. Dia emang lebih peka perasaannya. Jadi terkesan sering komplain. Intonasi saya naik dikit saja dia udah bakalan ngambek dan nangis. "Enak jadi anak kecil lagi. Umi suka marah-marah sama aku, kalau sama adik nggak marah-marah." 

Duh, separah itu kah komunikasi saya gagal??!

Ritme pagi hari yang membuat saya harus cepat dalam segala hal, kadang membuat saya menuntut anak-anak untuk cepat juga. Ini yang seringkali saya lupa, bahwa anak-anak perlu waktu untuk mencerna pesan, perlu eye contact, gestur yang baik dari komunitor (dalam hal ini tentunya sajalah yang berperan) agar pesan tersampai dengan baik. 

Namun sayangnya, saya kadang membangunkan anak saat saya sedang memasak, jadi harus buru-buru kalau anak tidak segera bangun. Saat lagi goreng lauk, anak kedua dan ketiga minta dibuatkan susu, udah gitu mereka masih pakai acara berebut juga. Karena adik mau minta susu kakak,  dan kakaknya nggak ngijinin. Lagian beda usia kan beda juga susunya. 

Kadang teringat Bu Septi dulu, setiap anak minta perhatian tak segan beliau mematikan kompor, atau menunda pekerjaannya untuk anak-anak.  Rasanya ingin juga begitu, cuman saya diuber jam kerja gaes.... gemes dech pokoknya. Kalau matiin kompor, dan melayani mereka dulu,  khawatir saya ini masakan nggak bakal kelar jam 6 pagi. 

Hmmm.... I am responsible for my communication result. 

***

My Plan

Ok, next day aku akan coba untuk fokus ke anak dulu. No buru-buru saat meladeni mereka. Apakah ini akan berfungsi secara signifikan untuk menurunkan tingkat kebutuhan akan perhatian saya ke anak-anak (baca: kerewelan mereka)??? 

Wait and see the results tomorrow.  

Ya Allah, bantu hambamu ini untuk berbenah, dan berproses agar bisa menjadi istri dan ibu yang baik. Lapangkan rizki kami, jadikan usia kami berkah, dan senantiasa ada dalam bimbingan-Mu. Aaamiin....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar