Laman

Sabtu, 03 Juni 2017

APA YANG PALING KITA INGINKAN?

Tantangan hari kedua, aku belum menemukan apa yang urgen dan harus diselesaikan terlebih dahulu dalam jangka sepuluh hari ini. Dalam kondisi yang berbeda dengan kebanyakan peserta kuliah yang lain, sepertinya menjadi ibu profesional adalah hal yang terlalu muluk. Gimana tidak? Beberapa peserta yang share pengalaman, mereka adalah wanita yang memiliki kecukupan materi. Tinggal di luar negeri, bebas kesana kemari, nempuh studi sampai S3, sepertinya gak ada yang kekurangan materi. Semua fokus pada pengembangan diri dan anak, karena secara finansial, sudah dicukupi suami.

Ups,,, kok jadi ngelantur. Tapi ini masih masuk ranah komunikasi produktif dengan diri sendiri kan???

Masih ingat kata suami kemarin, kita harus lulus dari ujian kekurangan materi. Jadi, tantangan ini harus diselesaikan agar kita bisa naik level. Bukan menjadi fakir lagi, yang secara kita memang bekerja, tapi belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan tahun kemarin, kita menerima zakat. Subhanallah…

Sebenernya, kalau gak lagi capek banget, aku bisa nahan ngomel dan ngeluh tentang kekurangan materi. Dan keluhan ini yang paling bikin suami bete. (Nah, terurai kan masalahnya)  Hmmmm… oke, kita selesaikan masalah dari sini ya.

Apa yang memicu amarah, sehingga aku perlu banyak ngomel???

  1. Saya dan suami sama-sama bekerja. Setidaknya urusan domestik juga dibantu. Atau kita selesaikan bersama. Masak, nyuci, setrika, ngurus anak, semua saya.
  2. Hal yang enggak suka saya kerjakan adalah menyapu dan buang pampers. Why? Karena harus keluar rumah dan mesti pake jilbab dan khimar. Sedang kondisi lagi gerah banget dengan aktifitas rumah yang lain. Untuk pekerjaan ini saya berharap suami mau membantu.
  3. Kalau suami pulang, terus langsung tidur, atau kalau gak tidur ya nyari wifi. Helloow… istri sama anak dikemanain? Tambah nyesek lagi kalau anak bilang “Abi, lihaten aku.” Sambil nunjukin kebolehannya, eh si abi malah bilang, “Um, tolong temani adik dulu ya. Abi masih repot.” Huekss...!!! Seharian penuh dia udah sama emaknya. Sampe kapan lalu adik pinter pake lipstick sendiri.
  4. Terus kalau marah sama suami, kenapa kok ngeluh finansial??? Apa hubungannya coba?? Ya iya lah, secara kan itu kelemahannya. Pasti bakal sangat menyakitkan saat seorang suami belum mampu memberikan nafkah yang cukup untuk istri dan anaknya.

Apakah dengan menyakiti seperti itu suami akan berubah lebih semangat kerja??? Hmmm... Sepertinya nggak. Kadang malah tiduran saja beberapa hari. Atau pergi ke rumah mertua selama beberapa hari juga.

Nah, gak nyambung banget kan sebab akibatnya??!!!

Berarti kesimpulannya sangat tidak produktif sekali dalam komunikasi yang terjalin antara saya dan suami. Huuuft…!!!

Oke, sekarang kita pindah fokus. Apa sih yang paling diinginkan suami saat pulang ke rumah???

  1. Sambutan hangat dari anak istri. Selama ini didapat kah??? Kadang, sesuai mood. Jam pulang suami gak pasti juga. Apalagi kalau rencana pulang awal, udah rempong siapin ini itu, ternyata malah pulang telat. Lebih2 kalau pulangnya malam, terus ternyata jadi hujan n malah gak pulang. Duh… sebelnya ampe ubun2.
  2. Suami pengen istirahat saat pulang ke rumah. Why?? Mungkin pekerjaan diluar begitu melelahkan. Jadi dalam benaknya, ada bayangan ketika pulang bisa istirahat, dapat sambutan hangat, terus dapat pijatan lembut dari istri. Bukan dapat pekerjaan rumah juga.
  3. Pengen istrinya di rumah aja, menemani anak bermain, hingga tak perlu lelah, gak perlu capek, gak perlu ngomel. Namun apa daya, keadaan masih belum memungkinkan. Toh selama juga tak berhenti untuk berusaha.
  4. Ingin memberi makan anak dan istrinya dari hasil kerjanya sendiri. Karena ia paham, bahwa itu adalah tanggungjawabnya.

Adakah yang salah dari suami??? Sepertinya tidak, hanya saja saya perlu waktu untuk belajar dan berdamai dengan keadaan.

Sekarang pindah ke anak. Apa yang sering anak keluhkan???

  1. “Umi, kenapa aku kok dimarahin, hayo?”
  2. “Umi, kenapa aku tadi kok gak boleh ….?”

Kalimat itu sering banget keluar. Seperti hari ini, udah menjelang maghrib dia belum mandi. Langsung saja saya angkut ke kamar mandi. Dan kalimat nomor satu keluar. Atau pas dia pinjam hp mbah kung, saya ingatkan. “Dik, nanti kalau adzan hp nya dikembalikan, ya. Terus ke masjid.” Ternyata adzan malah gak dikembalikan, terus gak mau ke masjid. Saat hp saya ambil paksa, dia nangis tantrum.

Intinya anak gak bisa nerima kalau ia dimarahi tanpa alasan. Cuman kadang sayanya yang langsung marah ke anak kalau saya dapat marah dari ibu. Misal, anak gak mau pake baju. Ya udah saya biarin dulu, nanti kalau anak ingin main sama temannya, pasti minta dipakein baju. Tapi kalau ibu udah teriak, agar saya makein baju anak, reflek saya bakal paksa anak pake baju. Apa ini masuk inerchild  ya???


#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar